Mengenali dan mengelola permasalahan
Saya yakin kita semua pasti sepakat bahwa pada dasarnya setiap orang pernah mengalami kesulitan, karena setiap orang tidak akan lepas dari kesulitan dan masalah dalam hidupnya. Pasti kita sudah sering mendengar mengenai pepatah yang mengatakan “Hidup itu ibarat roda yang berputar. Kadang di atas, kadang di bawah.” hmm ada benarnya juga ya.
Masalah yang dihadapi setiap orang tentu berbeda-beda, dan tentunya cara mengatasi masalahnya juga berbeda-beda. Masalah dapat datang pada waktu dan tempat yang terkadang sulit untuk kita prediksi. Pada situasi tertentu kesulitan atau masalah-masalah yang ada tidak dapat untuk kita hindari. Seseorang yang memiliki resiliensi yang baik dapat mengatasi berbagai permasalahan hidup dengan cara mereka sendiri. Dengan resiliensi akan merubah masalah menjadi tantangan, kegagalan menjadi kesuksesan, dan ketidakberdayaan menjadi kekuatan.
Apa itu Resiliensi?
Dari hasil riset F.Psi UI yang dipaparkan oleh Dr. Bagus Takwin, M.Hum (ketua Labolatorium Cognition, Affect, & Well-Being Fakultas Psikologi UI) dalam webinar yang bertajuk “Resiliensi di masa pandemi: studi tentang resiliensi dan dampaknya pada kesehatan mental orang Indonesia.” Hasil riset tersebut menyatakan bahwa rata-rata secara umum resiliensi orang Indonesia masih rendah dengan catatan rata-rata individu Indonesia memiliki kelenturan yang cukup tinggi, artinya masih fleksibel dan dapat berdamai dengan kondisi yang dialami. Namun, disisi lain kelentingan masyarakat Indonesia untuk bangkit kembali masih cukup rendah. Hal ini dapat dilihat dari kebanyakan orang Indonesia yang terlihat baik-baik saja di depan, namun kenyataannya mereka penuh dengan tekanan.
Oleh karena itu, disini saya ingin berbagi mengenai resiliensi, yakni kemampuan seseorang untuk bangkit dan mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan semestinya. Semoga sedikit banyaknya artikel ini dapat bermanfaat untuk saya, kamu dan kita semua.
Resiliensi dalam psikologi merupakan respon positif seseorang dalam menghadapi stres dan kesulitan. Resiliensi merupakan proses seseorang bangkit menjadi lebih baik lagi setelah menghadapi suatu penderitaan atau masalah. kasarnya, resiliensi adalah bagaimana supaya kita bisa tahan banting terhadap berbagai problematika yang ada.
Menurut Revich & Shatte dan Norman (Holten & Smith, 2004) resiliensi merupakan kemampuan seseorang untuk bangkit, bertahan, menyesuaikan diri dengan kondisi yang sulit. Resiliensi didefinisikan dengan kemampuan seseorang untuk menghadapi masalah dan tahu langkah apa yang harus dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinnya. Resiliensi berarti keadaan untuk pulih kembali ke keadaan semula setelah di patahkan, dibenturkan, dibengkokkan, dan ditekan oleh berbagai masalah.
Saatnya untuk bangkit
Saya yakin bangkit dari permasalahan yang kita alami tanpa menyisihkan trauma adalah keadaan yang sangat diinginkan oleh semua orang, termasuk kamu, saya dan juga mereka. Sebenarnya hal tersebut bisa saja untuk kita alami, tentunya dengan kita tahu bagaimana cara meningkatkan dan melatih resiliensi dalam diri kita. Cara yang dapat kita lakukan antara lain:
Pertama, ubah persepsi tentang kegagalan. Saya yakin tidak ada dari kita yang tidak pernah gagal, dan tentunya kegagalan menyisihkan kesedihan dan penyesalan yang mendalam. Perlu kita sama-sama garis bawahi bahwa, kegagalan adalah hal yang wajar dalam usaha dan mencapai cita-cita. Kegagalan adalah langkah awal untuk menuju kesuksesan. Kegagalan bukanlah tanda titik dari perjuangan yang kita lakukan, yang jika diibaratkan dalam sebuah kalimat tanda titik berfungsi untuk mengahiri kalimat tersebut. Tetapi jadikan kegagalan sebagai tanda koma, yang artinya kita perlu untuk istirahat dan mengevaluasi usaha yang sudah kita lakukan.
Kedua, bangun kepercayaan diri, kepercayaan diri sangat penting untuk kita miliki, baik itu saya, kamu dan juga mereka. Dengan kepercayaan diri yang tinggi kita memiliki keyakinan yang tinggi pula atas usaha dan kerja keras yang kita lakukan pasti berhasil suatu saat nanti.
Ketiga, kendalikan pikiran, karena pikiranlah yang menentukan respon apa yang akan kita berikan terhadap permasalahan yang kita alami. saya yakin kita semua pernah mengalami hari-hari yang berat, dan juga membosankan. tetapi kita memiliki pilihan tentang bagaimana cara merespon permasalahan yang ada. Kita bisa merespon dengan rasa panik, marah, pesimis ataupun optimis. Tetapi seseorang yang resilien mampu untuk memilih respon permasalahan dengan tepat yaitu dengan tetap tenang dan optimis.
Dalam mencapai resiliensi tentu tidak didapatkan dalam waktu yang singkat, melainkan membutuhkan waktu yang sangat panjang bahkan prosesnya terjadi selama kehidupan itu berlangsung. Sebagai seorang manusia tentunya kita tidak akan lepas dari berbagai bentuk permasalahan, karena selama masih ada kehidupan maka selama itu pula permasalahan akan ada. Nah, sebenarnya ketika menghadapi berbagai permasalahan dalam hidup saat itulah resiliensi sedang terbentuk pada diri seseorang, yakni gagal coba lagi. Sederhananya cara mencapai resiliensi seperti ini:
Ingat! Dalam hidup kita pasti akan disuguhkan dengan berbagai macam permasalahan, dan hal tersebut merupakan seseuatu di luar kontrol kita. Hal yang bisa kita kontrol adalah bagaimana respon yang kita keluarkakan. Jika selama ini kita menghadapi masalahan tanpa pengetahuan yang cukup tentang resilensi, itu bisa jadi hal yang wajar kok. Karena tidak semua orang memiliki pengalaman yang cukup untuk membangun resiliensi. Anggap saja dengan membaca artikel ini sebagai langkah awal untuk kita sama-sama menjadi pribadi yang resilien.
Semangat ya! Yuuk bangkit lagi!
Referensi
Helton, L. R. & Smith, M. K. (2004). Mental health practice with Children and Youth. New York: The Hawrot Social Work Practice Press.
Indrawati, Erdina. (2019). Resiliensi dalam situassi kehidupan sehari-hari. Arsip Artikel. 5(16).
Kampus Psikologi.com (1 April 2021). Mengenal Resiliensi dan Cara Meningkatkannya. Diakses pada 6 Mei 2022, dari https://kampuspsikologi.com/resiliensi/?amp.
Psikologi.ui.ac.id. (10 Juli 2021). Resiliensi Orang Indonesia Cenderung Rendah. Diakses pada 6 Mei 2022, dari https://psikologi.ui.ac.id/2021/07/12/riset-f-psi-ui-resiliensi-orang-indonesia-cenderung-rendah/.
Widuri, E. L. (2012). Regulasi emosi dan resiliensi pada mahasiswa tahun pertama. jurnal psikologi. 9(2). 148-149.